Wakil
rakyat. Itu sebutan untuk para anggota DPR. Namun perilaku para anggota DPR
sama sekali tidak mencerminkan bahwa mereka adalah wakil para rakyat. Mereka
bertindak semau mereka dan berfoya-foya dengan uang hasil dari keringat rakyat.
Apakah itu sifat para pejabat-pejabat Negara? Layakkah mereka disebut sebagai
wakil rakyat?.
Seperti yang di lantunkkan oleh
penyanyi solo legendaris, bang Iwan fals. “wakil rakyat, seharusnya merakyat”.
Arti dalam potongan syair lagu tersebut ialah,para wakil rakyat, seharusnya
juga mengerti akan apa yang dirasakan oleh rakyat, dan tidak menggunakan uang
hasil jerih payah rakyat dengan seenaknya.
Pernah saya mendengarkan tausiyah
yang disitu dibahas bahwa perilaku para wakil rakyat mirip sekali dengan anak-anak TK (Taman Kanak-kanak).
Mengapa disebut begitu, karena perilku mereka yang suka berebut antara satu
dengan yang lainnya. mereka sangat memalukan sekali, karena yang diperebutkan
bukanlah hal yang bermanfaat, melainkan
hanya memperebutkan seorang wanita simpanan, dan mereka tega menghabisi nyawa
temannya sendiri karena itu. Tak hanya disitu perilaku mereka. Salah satu wakil
rakyat juga naik ke atas meja saat sidang berlangsung. Tapi mengapa mereka
merasa tersinggung ketika ada mulut yang mengatakan bahwa perilaku mereka itu
masih seperti layaknya anak kecil?. Selain itu ada perilaku salah satu anggota
yang sangat memalukan dan tak patut sama sekali untuk dicontoh. Yakni menonton
video porno atau istilah keren-nya disebut dengan blue film(BF) saat sidang
tengah berlangsung. Seharusnya mereka berperilaku lebih bijak dari rakyatnya,
karena mereka adalah para orang-orang yang mengenyam pendidikan yang terbilang
cukup tinggi. Dulu para anggota DPR berkata “jangan tonjok-tonjokan, yang rukun,
kayak tukang becak aja tonjok-tonjokan”. Namun sekarang kenyataanya sebaliknya.
Yang rukun bukanlah anggota DPR. Tetapi para tukang becak yang lebih rukun.
Para tukang becak juga berkata “jangan tonjok-tonjokan, kayak DPR aja
tonjok-tonjokan”.
Saat ini banyak sekali para wakil
rakyat yang semakin kaya. Namun sebaliknya, para wong cilik (rakyat jelata)
yang hidup semakin miskin, dan semakin menderita. Seharusnya para wakil rakyat
yang punya hati, mereka tak akan tega melihat kondisi para rakyat semakin terpuruk
dengan kemiskinan.
Mohon maaf apabila kata-kata saya
selaku penulis menyinggung perasaan orang-orang yang disebutkan didalam karya
saya. Saya hanya ingin mengaspirasikan dan menyampaikan jeritan hati para
rakyat miskin yang ada di Negara tercinta kita. Mohon pengertiannya. Gunakan
kedudukan dan jabatan kalian dengan sebaik mungkin. Fikirkanlah bagaimana
perasaan kalian apabila kalian yang berada dalam posisi mereka (wong cilik).
Kalian pun akan merasakan hal yang sama seperti yang saudara-saudara kita
rasakan. Sekali lagi saya mohon maaf apabila kata-kata menyinggung perasaan
kalian.